Pages

Labels

Sabtu, 22 Juni 2013

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN FASE DEWASA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial. Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemempuan bawaan yang dapat diembangkan secara nyata. Selanjutnya manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Bantuan yang dimaksud antara lain adalah dalam bentuk bimbingan serta pengarahan. Binbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekeatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudaah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan tidak searah dengan potensi yang dimiki akan berdampak negative bagi perkembangan manusia.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia meginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya.
Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian psikologi perkembangan pada fase dewasa?
2.      Apa saja karakteristik perkembangan pada fase dewasa?
3.      Bagaimana perkembangan kepercayaan pada fase dewasa?

BAB II
LANDASAN TEORI
  1. Pengertian psikologi perkembangan fase dewasa
Pengertian psikologi menurut istilah (terminologi) memiliki pendapat berlainan yang dikemukakan banyak para ahli psikologi, namun secara garis besar Sartain dalam bukunya Psychology understanding Human Behavior serta Woodworth dan Marquis memiliki pendapat yang senada dengan M.Surya, Nana Syaodih dan Sarlito Wirawan Sarwono, yaitu “Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku atau kegiatan individu (manusia) dalam interaksi (hubungan) dengan lingkungannya.[1]
Menurut pendapat J.P Chaplin, 1979 dan Ross Vasta, dkk.,1992 dapat isimpukan bahwa psikologi perkembangan marupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati.[2]
Sedangkan istilah “dewasa” berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap meneria kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa lainnya Jadi psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang memfokuskan pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan pada fase dewasa.
2.      Karakteristik Perkembangan pada Fase Dewasa
Setiap kebudayaan memuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang paling lama dalam rentang hidup. Selama masa yang panjang ini, perubahan fisik dan psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan yang menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri, tekanan-tekanan, serta harapan-harapan. Saat terjadinya peubahan-perubahan fisik dan psikis tertentu, masa dewasa biasanya dibagi menjadi tiga periode yang menunjuk pada perubahan-perubahan tersebut,[3], yaitu:
a)      Masa dewasa dini (dewasa awal)
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Periode ini secara umum berusia sekitar 18-25 dan berakhir sekitar 35-40 thn.Dewasa Dini, memiliki ciri-ciri yaitu :
  • Fsikis : fungsi organ-organ berjalan dengan sempurna dan mengalami masa produktifitas yang tinggi
  • Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang maksimal dan mereka dapat menggunakan kemampuan ini dalam situasi tertentu dan lebih luas.
  • Fungsi psikomotorik :Kemampuan kaki : mampu berjalan dan meloncat secara maksimal, biasanya atlit yang berprestasi mencapai puncak kejayaannya atau klimaknya pada usia dewasa muda.
  • Bahasa : Keterampilan berbahasa lebih dikuasai, dan lebih supel serta mudah berkomunikasi dengan orang lain.
  • Intelegensi : Kemampuan berfikir lebih realistis dan berfikir jauh kedepan, strategis dan selalu bersemangat untuk  berwawasan luas.
  • Emosional : stabilitas emosi masih mengalami naik turun, namun tetap terkontrol dan cendrung mengarah ketitik ketitik keseimbangan dan bisa mnerima tanggung jawab.
  • Kepribadian
1.      Masa dewasa dini sebagai masa kreatif
2.       Masa dewasa dini sebagai masa keinginan mandiri
3.      Masa dewasa dini sebagai masa komitmen ; Suatu komitmen dibuat oleh orang dewasa muda karena mereka dituntut untuk menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.
4.      Masa dewasa dini sebagai masa ketergantungan
  • Sosial : Masa dewasa dini biasanya akan lebih supel dalam berteman namun kondisi mereka seringkali mengubah cara berteman kerah kelompok-kelompok.
  • Moralitas dan keagamaan :  masa dewasa dini selalu memiliki keinginan untuk bisa mengikuti nilai-nilai adapt istiadat yang berlaku, begitu pula dengan nilai keagamaan yang memiliki tempat tersendiri dihati orang dewasa, namun seringkali dewasa muda belum bisa mengikuti nilai-nilai tersebut secara sempurna.
b)      Masa dewasa madya (dewasa tengah)
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diiringi oleh penurunan daya ingat. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi dalam dua sub bagian, yaitu: (1) Usia madya dini dari usia sekitar 35-50 tahun, dan (2) Usia madya lanjut dari 50-60 tahun. Pada periode usia madya lanjut, perubahan fisik dan psikologis menjadi lebih kelihatan. Ciri- ciri dari masa dewasa madya yaitu:
  • Fsikis : fungsi organ-organ berjalan sempurna namun mulai mengalami gangguan-gangguan, seperti penyakit pada saluran pencernaan, dll.
  • Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang baik, tetapi diakhir usia dewasa madya kecepatan respon mengalami penurunan.
  • Fungsi psikomotorik :
Kemampuan kaki : mampu berjalan dan meloncat, diakhir usia madya kemampuan kaki mulai mengalami keterbatasan.
  • Bahasa : Keterampilan berbahasa lebih sopan, agak bijak dan lebih dewasa
  • Intelegensi : Kemampuan berfikir masih realistis.
  • Emosional : stabilitas emosi masih sudah seimabang, terkontrol.
  • Sosial : Masa dewasa madya awal biasanya lebih giat bermasyarakat dan mengenal tetangga.
  • Moralitas dan keagamaan :  sangat menghargai adat istiadat dan daya tarik kearah religi mulai terlihat apalagi diusia madya akhir.
c)               Dewasa akhir (usia lanjut)
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakuan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri usia lanjut cendrung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan. Ciri-ciri usia lanjut yaitu:
·         Perbedaan Individual Pada Efek Menua
           Sebagai kebiasaan hukum umum bahwa penuaan fisik lebih cepat dibandingkan dengan penuaan mental, walaupun hal yang sebaliknya juga kadang-kadang terjadi, terutama apabila seseorang sangat memikirkan proses ketuannya dan membiarkan saja penuaan mentalnya terjadnya terjadi apabila tanda-tanda pertama ketuaan fisik tampak.
·         Perubahanfungsi inderawi
Terjadi perubahan umum fungsi inderawi pada usia lanjut, mulai dari terjadi kemunduran atau berkurang fungsinya, hingga kehilangan fungsi inderawi, yaitu: indra penglihatan, indera pendengaran, indera perasa, indera penciuman, indra perabaan dan indera sensitivitas terhadap rasa sakit.
·         Perubahan Kemampuan Motorik
-  kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh.
-  Penurunan kecepatan dalam bergerak mulai melemah
-  Kekuatan orang usia lanjut cendrung menjadi canggung dan kagok.[4]
3. Perkembangan kepercayaan pada orang dewasa
Dari segi ilmu jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasabukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh suatu proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang dinamakan “konversi Agama”, keyakinan yang berupa mistik, dan perubahan kearah acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Walter Houston Clark dalam bukunya “ The Psychology of Religion “ memberikan definisi konversi sebagai berikut :
Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kea rah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Diantara  masalah-masalah yang patut diteliti oleh Ilmu Jiwa Agama tentang konversi agama, antara lain :
1.      Proses Konversi Agama
Dalam membicarakan proses terjadinya konversi agama, sebenarnya sukar untuk menentukan satu garis, atau satu rentetan proses yang akhirnya membawa kepada keadaan keyakinan yang berlawanan dengan keyakinannya yang lama. Proses ini berbeda antra satu orang dengan yang lainnya, sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil, ditambah dengan suasana lingkungan, dimana ia hidup dan pengalaman terakhir yamng menjadi puncak dari perubahan keyakinan itu. Selanjutnya apa yang terjadi pada hidupnya sesudah itu.
Tiap-tiap konversi agam melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
a.       Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi, dimana segala sikap, tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
b.      Masa ketidak-tenangan; konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panic dan sebagainya, baik disebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga.
c.       Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncaknya.
d.      Keadaan tentram dan tenang.
e.       Ekspresi konversi dalam hidup.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa konversi agama, antara lain :
a.       Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan.
b.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
c.       Ajakan / seruan dan sugesti.
d.      Faktor-faktor emosi.
e.       Kemauan. [5]












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang memfokuskan pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan pada fase dewasa.
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Periode ini secara umum berusia sekitar 18-25 dan berakhir sekitar 35-40 thn.
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental.
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakuan penyesuaian diri secara baik atau buruk.

B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami penulis. Kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan makalah saya. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT., kekhilafan dan kekurangan milik manusia.








DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsul , LN.,m.,pd.2002.Pengantar Psikologi. FIP UPI
Dahlan, M. Djawad, 2001. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Rosda
Hidayati, Wiji, M. Ag.2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: TERAS
Daradjat, Zakiah.1996.Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang


[1]Dr.H. Syamsu  Yusuf, LN.,m.,pd. Pengantar Psikologi. FIP UPI: 2002. h.1-2
[2]Prof.dr.M. Djawad Dahlan, Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Rosda: 2001, h.3-4.
[3]Ibid.hal 5
[4] Dra.Wiji Hidayati, M. Ag. Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta: TERAS, 2008)hal. 152-159
[5] Prof.DR. Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 1996). Hal 136- 164

BIMBINGAN KONSELING UPAYA MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DI SEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana. Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta berlangsung seumur hidup.
Upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran. Kualitas belajar juga dipengaruhi oleh minat belajar anak Bangsa.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah untuk membangkitkan minat belajar siswa di sekolah?
2.      Apakah minat belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?











BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. (Hamalik Pemar : 2001) Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga.[1] Belajar atau learning, adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan.[2]
 Menurut James O.Wittaker, “learning may be defined as the process by which behavior organites or is altered through training or experience”. Belajar dapat didefini-sikan sebagai proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[3]

B.     Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor tersebut, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a)      Faktor individu
Faktor individu yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b)      Faktor sosial
Faktor social yaitu faktor yang ada pada luar individu. Sedangkan faktor social tersebut  antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

D.    Minat Belajar
1.      Pengertian Minat Belajar
Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat.
Menurut Hilgard (1977 :19) memberi rumusan pengertian tentang minat sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan.
Menurut Slameto (2003 : 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi Suryabrata, 1988 :109).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan tertarik  pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus, yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.
2.      Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b)      Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c)      Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
d)     Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
e)      Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
E.     Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakansecara individu atau kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak akan ada hasil apabila tidak ada kegiatan.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai, oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Setiap individu yang belajar tentu dengan usaha atau kerja keras, agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Keberhasilan seorang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Berikut ini akan dipaparkan tentang pengertian alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran, indikator hasil belajar, dan batas minimal hasil belajar.
1.      Alat Evaluasi Prestasi Belajar
Langkah pertama yang perlu ditempuh oleh guru atau calon pendidik dalam menilai prestasi belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi prestasi belajar ada dua macam, yaitu bentuk objektif dan bentuk subjektif. Bentuk objektif dapat berupa tes benar-salah, bentuk pilihan ganda,bentuk tes mencocokan, dan tes isian. Sedangkan bentuk subjektif dapat berupa tes esai.
2.      Indikator Prestasi Belajar
Indikator prestasi belajar adalah sebuah acuan pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran. Indikator pencapaian haruslah mencakup aspek kognitif.
3.      Batas Minimum Hasil Belajar
Setelah mengetahui indicator yang hendak dicapai, maka guru perlu menentukan batas minimum keberhasilan dari indicator tersebut. Batas minimum itu digunakan untuk mempertimbangkan batas terendah hasil belajar siswa.[4]















BAB III
PEMBAHASAN

UPAYA MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DI SEKOLAH

Seperti yang sudah terurai dalam kajian teori dimana Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya.
A.    Contoh bentuk kasus pada siswa
Seorang siswa kelas VIII SMP bernama Farid memperoleh prestasi belajar yang sangat menurun di akhir semester gasal tahun ini. Padahal dahulu Farid merupakan siswa yang sangat berprestasi di kelasnya, namun pada semester gasal kali ini nilai rapornya hampir dibawah rata-rata kelas. Dia sering absen masuk kelas, sekalipun berangkat sekolah Farid sering tidak mengikuti pelajaran. Sikapnyapun berubah menjadi acuh terhadap para guru yang mengajarnya, dalam mengikuti pelajaran Farid pun sering diam tidak aktif mengikuti proses pembelajaran. Dirumah, Farid sering menghabiskan waktunya didepan TV, main PS. Kakaknya mulai kuliah di Yogyakarta awal tahun pelajaran kemarin, ayahnya bekerja merantau ke Dubai sedang ibunya bekerja seharian di toko. Semenjak rumah tidak memberikan suasana yang nyaman Farid menjadi tidak peduli dengan tugasnya sebagai anak sekaligus siswa. Dia menjadi malas belajar, apalagi guru yang mengajarnya tidak sama seperti dulu sewaktu Farid di kelas VII, teman-teman Farid kebanyakan membuat kelompok sendiri, Farid merasa tidak ada yang memperhatikan dan menganggap dia ada.
Dalam kasus diatas, dapat dianalisis bahwa Farid prestasi belajarnya menurun akibat dari kurangnya minat belajar dalam dirinya,  hal ini terjadi kemungkinan sebab :
1.      kurangnya perhatian dari orang tua.
2.      Suasana sosio-emosional dirumah kurang memungkinkan untuk belajar dengan baik.
3.      Ketidak sesuaian antara keinginan anak dengan keinginan orang tua.
4.      Hubungan dengan guru terganggu.
5.      Ketidak sesuaian antara guru dengan metode pembelajaran yang tidak menarik di kelas.
6.      Tidak adanya komunikasi yang baik antara teman sekelas yang lain


B.     Langkah-langkah konseling
Dari berbagai sebab diatas maka konselor harus mampu memahami bentuk penurunan prestasi pada diri Farid dan mencari jalan keluar atas apa yang dialaminya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Menentukan masalah
2.      Pengumpulan data
3.      Analisis data
4.      Diagnosis
5.      Prognosis
6.      Terapi
7.      Evaluasi / follow up[5]
Jadi yang dapat dilakukan konselor dengan pendekatan yang tegas, memberi pengertian bahwa dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.
konselor dapat mengusahakan dalam hal ini terhadap Farid, agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru.
C.    Cara untuk membangkitkan minat belajar siswa
Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar, memehami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.

D.    Pengaruh minat belajar terhadap peningkatan prestasi belajar
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil/prestasi belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.



















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      minat adalah kecenderungan tertarik  pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus, yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.      Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.
3.      konselor dan guru harus memahami karakter siswa agar mudah dalam membantu mengarahkan pemilihan metode dalam proses belajarnya, demi untuk tercapainya prestasi belajar yang maksimal

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, ini bukan proses akhir karena “ Tak ada gading yang tak retak” Oleh karena itu kami mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca yang budiman guna untuk perbaikan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.












DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan.
Zikri Neni Iska. Psikologi.
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. Psikologi Pendidikan
Drs. Tohirin, M.Pd. 2009.  Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).  Jakarta: Rajawali Pers



[1] Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan. hal.89
[2] Zikri Neni Iska. Psikologi. hal.76
[3] Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. Psikologi Pendidikan, hal.104
[4] http://fatarinabks.blogspot.com/2012/01/upaya-meningkatkan-minat-dan-motivasi.html
[5] Drs. Tohirin, M.Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Rajawali Pers), 2009, hlm. 317
 

Blogger news

Blogroll

About